Di bumi yang kaya, tambang emas berjaga,
Rakyatnya tertunduk, mimpi tak kunjung tiba.
Hutan hijau terjaga, namun siapa yang punya?
Tanah surga dirampas, keadilan entah di mana.
Janji manis berdatangan dari pulau seberang,
Dengan senyum palsu dan niat tak terang.
Pembangunan katanya membawa harapan,
Tapi siapa yang makmur, siapa yang terlupakan?
Anak-anak Papua menatap langit kelabu,
Sekolah roboh, guru pergi tanpa ragu.
Sementara gedung megah berdiri gagah,
Adakah ruang untuk mereka yang lelah?
Suara-suara dibungkam dalam senyap,
Yang bertanya dijawab dengan tembak dan sikap.
Dimana hak untuk bicara, untuk bertanya?
Ataukah di sini, hanya yang kuat yang punya kuasa?
Mereka bilang "Papua adalah kita,"
Tapi jarak begitu nyata di depan mata.
Apa arti semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"?
Jika luka Papua tak pernah terobati juga.
Dari Sabang hingga Merauke mereka ucapkan,
Tapi Merauke sendiri seperti dilupakan.
Apa artinya kesatuan tanpa keadilan?
Tanah Papua terus menangis dalam kesunyian.
Kekayaan alam mengalir keluar negeri,
Namun rakyatnya hanya mengais sisa-sisa peri.
Dimana janji pemerataan yang sering digaungkan?
Atau hanya cerita indah yang terus digelapkan?
Mereka hanya ingin hidup dengan damai,
Tanpa ancaman senjata, tanpa ketakutan yang ramai.
Namun perdamaian di sini terasa asing,
Sementara di luar, pesta pora berlangsung.
Papua, tanah yang indah dan megah,
Namun keadilan baginya terasa mewah.
Adakah hari di mana tawa kembali pulang?
Atau hanya tangis yang terus menjelang?
Wahai pemimpin yang duduk di singgasana,
Bukalah mata untuk Papua yang merana.
Sebab keadilan bukan hanya kata,
Ia adalah hak setiap jiwa di Nusantara.