Di negeri ini, nyawa adalah teka-teki,Tergantung siapa dan di mana kau berdiri.BPJS jadi tameng, katanya penuh janji,Tapi seringkali hanya janji tanpa arti.Dokter lelah, jadwalnya tanpa jeda,Pasien datang dengan harap yang lemah reda.Lima menit bicara, resep langsung keluar,Tak sempat tanya, pulanglah kau dengan gusar.Antrian panjang seperti ular melingkar,Seakan waktu bukan hal yang benar-benar penting.Sakitmu ditimbang dengan alat birokrasi,Hasilnya? Tunggu, hingga kau lupa rasa nyeri.Gedung tinggi bertingkat, megah dari luar,Namun obat murah jadi wajah yang kelabu.Dokter dipaksa berpacu melawan waktu,Nyawa jadi angka di laporan yang semu.Kisah sedih tersebar dari ruang tunggu,Ibu menangis, anaknya tak tertolong waktu.Negara berkata, “Kami telah berusaha,”Tapi usaha itu sering hanya di bibir saja.Lalu siapa peduli pada rakyat kecil?Nyawa mereka tak masuk statistik penting.Jangankan sembuh, sekadar bertanya,Sudah dianggap membuang tenaga sia-sia.Malam panjang di IGD penuh ratapan,Ruang sempit itu saksi bisu ketidakadilan.Satu dokter untuk puluhan penderitaan,Rasa kemanusiaan makin terkikis pelan-pelan.Janji manis pemerintah terbungkus rapi,Tapi kenyataan pahit tiap hari tak terbantah.Rakyat kecil menunggu mukjizat dari langit,Karena dari bumi, harapan tak lagi terbit.Entah sampai kapan ini jadi cerita,Nyawa manusia dihitung dengan mata angka.Di mana hati mereka yang duduk di atas sana?Atau nyawa kecil memang tak cukup berharga?Bangkitlah, negeri! Tidakkah kau malu?Saat rakyatmu terkapar karena sistem yang palsu.Selamatkan nyawa, bukan hanya angka di buku,Agar negeri ini tak kehilangan jiwanya sendiri.

Waktu kian berlaluCerita tentang mimpi di bawah rembulan malam ituDua cerita yang berpadu dalam satu waktuAntara aku dan kauWaktu telah kita lewatiSetiap momen yang kita lakukanSelalu kutulis menjadi sejarah penuh maknaYang akan menjadi cerita dalam satu bukuCanda tawa dan senyuman ini akan kuukir dalam selembar kertasmenjadi sebuah gambarGambaran tentang kita kala ituMelihatmu seperti melihat puisi lama yang hilangSetiap waktu kita di pertemukanAntara aku dan kau bagaikan kalimat yang ditulis rapiDitulis dengan tinta abadi dalam buku hatiYang tersusun rapi dalam lemari hati iniAku dan kau lebih dari kata

Untuk apa?Untuk apa kamu tersenyum?Kalau dunia justru memandangmu penuh dendamBahkan senyum pun tak adaUntuk apa kamu berlaku baik?Kalau ternyata baikmu hanya dimanfaatkanTak ada yang peduli kamu lelahBahkan, kakimu terseok pun tiada yang tahuBerhentilah menjadi badut bagi orang lainKamu berhak egoisKamu berhak marahBahkan, kamu berhak atas dirimuIngat, kamu bukan badut penghiburYang datang di saat orang lain bersedihTapi sedihmu tidak ada yang tahuSelain kamu dan KhalikIngat, kamu adalah kamuManusia yang punya hak atas dirinyaManusia yang juga pantas bahagia,Serta membahagiakan dirinya sendiriTersenyumlah Buatlah dirimu bahagiaSebelum kamu membuat orang lain tersenyumKarena kamu bukan badut penghibur.